Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Kiprah Perempuan Tionghoa dalam Sejarah Indonesia

PERLU kita ketahui bahwa tidak ada ras, etnis dan kebudayaan yang buruk. Jika kita dapati banyak kejahatan dilakukan oleh etnis tertentu, maka bukan etnisnya yang buruk tetapi individunya lah yang bermasalah. Seperti halnya etnis Tionghoa, meskipun kebanyakan dari kita memandang negatif etnis tersebut, tapi faktanya banyak perempuan Tionghoa yang ikut berperan besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Nama mereka mungkin akan asing di telinga kita. Tapi mereka tetaplah pahlawan yang perlu kita hargai, kita kenang dan dijadikan teladan yang baik. Mari kita cermati, beberapa perempuan etnis Tionghoa yang berjasa dalam sejarah Indonesia. 1. THE SIN NIO merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Ia bahkan sempat menyamar menjadi lelaki dan mengubah namanya menjadi Mochammad Moeksin agar bisa bertempur melawan penjajah. Sin Nio menjadi satu-satunya perempuan yang tergabung dalam Kompi 1 Batalyon 4 Resimen 18 di bawah komando Sukarno. Dia ikut di garis terdepan perjuangan dengan senjata sederhana

Sejak Kamu Jauh, Aku Kembali Belajar Berpuisi

Foto : Pinterest  KEMARIN hujan, tapi kau tak di sini. Maka ku putuskan untuk menulis puisi. Sebab kata orang, dalam puisi kita bisa bercengkrama meski tak saling menatap. Ku teguk kopi yang mulai dingin, tapi ternyata tak lebih dingin dari beberapa hari terakhir selepas pergimu. Tak ada peluk yang datang tanpa perlu diminta. Tak ada yang mengundang tawa saat gundah mulai meradang. Baik-baik di sana. Keberadaanmu yang jauh di luar kendaliku. Aku sudah lama tak menulis puisi, kali ini ku memulai lagi hobi yang sempat vakum. Bukan karena kehilangan tema atau kehabisan kata, tapi sejak denganmu banyak bahagia yang tak mampu didefinisikan lewat aksara. BACA JUGA : Puisi ini Milik Tuan Ternyata saat jauh, tanganku gatal untuk menjadikan kamu tema dalam bait puisi. Kamu tahu kan? Puisi tidak bisa dipesan. Ia lahir dari hati Sang Penulis.  Betapa rindu membuat orang menjadi mendadak puitis. Setiap kalimat ditulis dengan rasa, dibaca diam-diam. Sengaja puisi itu tak ku cantumkan di sini, se

Apa yang Kau Maksud dari Kalimat "Inilah Aku Apa Adanya"?

  Foto : Pinterest  "You're good, but you can be better" - Deddy Corbuzier -  AKU , kamu, mereka atau siapapun seringkali terjebak dengan kalimat "Inilah aku apa adanya". Kita menolak untuk berkembang, kita enggan untuk berproses, padahal sejatinya kita mampu menjadi lebih baik. Tapi dengan dalih "Inilah aku apa adanya", kita menerima baik buruk yang ada dalam diri, kemudian dibanggakan. Orang-orang berkata, "I love my self" tapi faktanya mereka tak mau memperbaiki diri. Menganggap sifat buruk yang ada dalam diri adalah suatu hal yang harus dimaklumi, bahkan dicintai. Apakah itu bentuk cinta kepada diri sendiri? Mereka menganggap menerima diri apa adanya adalah bentuk cinta paling luar biasa kepada diri. Padahal jika benar kita cinta pada diri sendiri, maka seharusnya kita senantiasa memperbaiki diri, berupaya menjadi lebih baik, lagi dan lagi. Sifat buruk pasti selalu melekat pada manusia. Itu fitrah. Kita diciptakan sebagai makhluk yang mem

Terima Kasih atas Kisah dan Kasih

Foto pribadi penulis Oleh Edo Muhammad Abdillah TUHAN , sudah habis kata-kataku untuk meminta, kini aku hanya ingin berterima kasih saja. Terima kasih kepada Allah swt yang telah memberikan hidup, iman, rezeki dan perasaan yang cukup. Cukup untuk merasakan pusing akibat tugas kuliah, cukup untuk merasakan lelah akibat mencari nafkah, cukup untuk merasakan rasa syukur bahagia karena semua ini ada. Aku sedang berada di tengah keriangan pemuda lokal di perkotaan. Di sini, aku diingatkan kembali tentang bagaimana hidup seharusnya berjalan. Jadilah aku tuangkan semua kegelisahan ini pada tulisan. Tidak cukup memukau, tapi lumayan untuk sekedar pengganti telingamu yang penuh perbandingan. Terima kasih kepada kamu semua yang membaca tulisan ini atau tidak. Padamu juga yang selalu membentukku agar selalu merasa tidak puas dan cukup pantas, terima kasih telah mewarnaiku, temani hari dalam lika-liku. Terima kasih sudah menopang dan menempa aku hingga merasakan semua itu.  Terima kasih kepada kel

Perempuan, Tubuh, dan Stigma

  Foto : Pinterest  "Tidak perlu menjadi perempuan yang mampu mengatur lelaki. Cukup jadi perempuan yang tidak bisa didikte oleh lelaki."  -Jarar Siahaan- TULISAN ini lahir dari kegelisahan penulis sebagai perempuan yang kerap kali merasakan ataupun mendengarkan stigma-stigma yang beredar di masyarakat perihal keterkaitan antara tubuh dan perempuan. Banyak hal yang sebenarnya tidak pantas tetapi dianggap wajar oleh masyarakat. Seperti pada persoalan tubuh seorang perempuan. Perempuan dianggap gagal menjadi 'perempuan baik' jika ia kehilangan keperawanan. Seolah-olah harga diri perempuan hanya dinilai dari selangkangan. Sehingga robeknya selaput dara di luar pernikahan menjadi sesuatu yang nista. Pernyataan di atas bukan berarti saya membenarkan seks bebas. Tetapi bermaksud agar kita tidak mudah menghinakan seorang perempuan yang telah kehilangan 'mahkotanya'. Karena sehina apapun perempuan di matamu, ketika ia menjadi ibu, di telapak kakinya tetap ada surga.

Mirabal Bersaudara Dibunuh Karena Mereka Perempuan

"Mungkin yang begitu dekat dan harus kami hadapi adalah kematian, tetapi hal itu tidak membuat kami takut, kami harus melanjutkan perjuangan untuk sesuatu yang baru saja dimulai.” -Minerva Mirabal- 16 HARI ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (HAKTP) diperingati setiap tanggal 25 November hingga 10 Desember setiap tahunnya. HAKTP ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia berangkat dari sebuah peristiwa tragis yang menewaskan tiga perempuan, Mirabal bersaudara di tahun 1960. Siapakah Mirabal Bersaudara itu? Mereka adalah Patria Marcedez Mirabal, Minerva Mirabal dan Maria Teresa Mirabal.  Mereka bertiga merupakan kakak adik perempuan yang dibesarkan di sebuah kota bernama Ojo de Ague, di bagian utara negara Republik Dominika. Keluarganya datang dari kelas menengah yang berupaya memberikan pendidikan terbaik kepada putri-putrinya. Saat itu, perempuan yang berpendidikan masih jarang dan dianggap melawan budaya yang ada. Di bawah pemerintahan diktator Rafael Trujillo yang berkuasa di Domini

Masa Depan Anak Pesisir Adonara

Lokasi: Pantai Dua, Adonara Timur INDONESIA merupakan negara maritim. Sehingga tidak heran jika di Indonesia banyak masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan bekerja sebagai nelayan. Pulau Adonara yang berada di Kabupaten Flores Timur, NTT, menjadi salah satu daerah yang memiliki banyak pantai. Masyarakat Adonara yang menetap di pesisir, tentunya berprofesi sebagai nelayan, dari yang tua sampai yang muda. Dari bapak-bapak sampai anak-anak usia sekolah. Di pulau ini, anak-anak usia sekolah menjadi nelayan adalah hal yang lumrah. Pilihan menjadi nelayan bukan hanya semata membantu orang tuanya, tapi mereka memang enggan untuk melanjutkan pendidikan. Jangankan sampai perguruan tinggi, setingkat SMP atau SMA saja sudah cukup baik. Bahkan sebagian dari mereka memilih untuk tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Bagi masyarakat pesisir Adonara, menjadi nelayan lebih menguntungkan ketimbang menjadi seorang sarjana. Pandangan seperti ini lahir didasari oleh banyaknya sarjana yang mengang

60 Ribu Hektar Hutan Papua Dibakar, Kok Pemerintah Diam Saja?

SUDAH berapa kali kita mendengar kebakaran hutan terjadi di negeri ini? Berapa kali kita membaca tentang masyarakat dan hutan adat yang dikebiri haknya? Berapa kali kita menemukan fakta bahwa daerah timur dianaktirikan lagi dan lagi oleh negara sendiri? Kemarin, BBC News Indonesia membagikan sebuah video eksklusif tentang kebakaran hutan yang dilakukan oleh Perusahaan Korea Selatan, Korindo Group, perusahaan kelapa sawit yang ada di Papua.  Papua adalah rumah bagi hutan hujan terluas yang tersisa di Asia. Tapi saat ini, keberadaan hutan tersebut benar-benar terancam. Dari investigasi yang dilakukan oleh BBC News, Korindo telah membuka sekitar 60.000 hektar, setara dengan luas Kota Seoul, di atas lahan konsesi yang diberikan oleh pemerintah. Timbul pertanyaan, mengapa bisa hutan adat seperti itu diserahkan ke perusahaan asing tanpa persetujuan masyarakat adat? Bertahun-tahun lamanya masyarakat adat menjaga keasrian hutan tersebut. Tetapi dengan dalih memajukan ekonomi bangsa, perusahaa

UU ITE, Bersuara Berarti Dipenjara?

  "Lawan berdebat adalah teman berpikir. Jadi orang yang menghalangi kebebasan berpendapat adalah orang yang ingin mengurangi teman berpikir. Saya harap negara jangan melakukan itu" - Said Didu -  UNDANG-UNDANG Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) saat ini menjadi momok bagi masyarakat. Banyak mereka yang bersuara lantang di media sosial, mengkritik kebijakan pemerintah malah dipidanakan dengan dalih melanggar UU ITE. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, aktivis dan pengacara Veronica Koman dan jurnalis juga musisi Ananda Badudu adalah beberapa korban dari penyalahgunaan UU ITE. Yang masih hangat di ingatan kita adalah kasus maestro Ahmad Dhani dan drummer dari grup band Superman is Dead, I Gede Ari Astina atau yang lebih dikenal dengan Jerinx. Selain itu masih banyak lagi orang-orang yang ditangkap dan dipenjara atas tuduhan melanggar UU ITE. UU ITE diterbitkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada masa pemerintahannya

Pulau Komodo Zona Konservasi, Bukan Lahan Bisnis Investasi

  PULAU KOMODO atau yang saat ini lebih dikenal dengan Taman Nasional (TN) Komodo merupakan habitat alami satwa langka Varanus Komodoensis , kebanggaan Nusa Tenggara Timur, kebanggaan Indonesia dan juga publik internasional. Sebab Komodo adalah jenis kadal raksasa atau hewan purba Dinosaurus yang masih hidup sampai saat ini. Pulau Komodo juga pernah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada tahun 2012. Namun saat ini, bencana ekologi dan sosial sedang menghantui kawasan konservasi tersebut. Kebijakan pemerintah yang menjadikan kawasan TN Komodo seluas 132,572 hektar sebagai episentrum investasi wisata super-premium Labuan Bajo, tentunya mengancam ekosistem Komodo juga mengganggu ruang penghidupan bagi pelaku wisata dan masyarakat setempat. Di era Jokowi periode kedua ini, pemerintah telah mendorong investasi pariwisata di dalam dan sekitar kawasan TN Komodo. Berbagai infrastruktur telah berlangsung di kawasan tersebut. Pembangunan yang lain juga sudah masuk perencanaan da

Tradisi Penghapusan Dosa di Bulan Safar

BULAN SAFAR adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah. Di berbagai daerah, bulan Safar dianggap sebagai bulan kesialan atau bulan yang penuh musibah. Dengan keyakinan tersebut, banyak tradisi yang muncul sebagai upaya untuk menghapus dosa-dosa agar tidak terjadi musibah. Di Indonesia, beberapa daerah melakukan tradisi "Mandi Safar" untuk menghapus dosa dan menolak bala. Tradisi tersebut, antara lain terjadi di daerah Kalimantan Tengah, daerah Jambi, daerah Flores Timur, juga daerah Riau. Meski memiliki penyebutan yang sama, Mandi Safar, tapi dalam pelaksanaannya tentu berbeda. Berikut penjelasan tentang proses pelaksanaan tradisi Mandi Safar di beberapa daerah : 1. Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur dalam artikel diterbitkan pada Kamis (16/11/2017). Tradisi Mandi Safar di daerah ini, biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini dipimpin oleh seorang tokoh ada

RUU Cilaka Bikin Celaka

TEPAT pada tanggal 5 Oktober 2020, puncak pengkhianatan pemerintah kepada rakyat terjadi. Pengesahan RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) membuat geram rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, RUU ini memiliki banyak poin yang merugikan rakyat, terutama kaum buruh. Di tengah kegagapan pemerintah menangani Covid-19, mereka malah diam-diam mengadakan lanjutan pembahasan dan pengesahan RUU Cilaka. Dua fraksi; Demokrat dan PKS yang menolak pengesahan RUU ini saat sidang paripurna Senin kemarin, tak diizinkan memberikan sanggahan. Bahkan mikrofon mereka dimatikan. Sesama politisi yang kontra saja mereka bisa sejahat itu, apalagi kepada kita, rakyat lemah ini. Ribuan buruh hari ini turun ke jalan. Dua juta buruh lakukan mogok kerja. Kekacauan seperti apa lagi yang kau inginkan Wahai Pemerintah Yang Terhormat? RUU Cilaka membuka peluang besar bagi investor asing masuk ke Indonesia. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan mendalam. Ketika tenaga kerja WNI diganti WNA, tingkat pengangguran negara

Pro Kontra Belajar Daring

TAHUN 2020 hampir mendekati ujung, namun pandemi Covid-19 di Indonesia belum juga surut. Pandemi ini tentu berdampak ke semua kalangan. Banyak perubahan signifikan yang terjadi di berbagai bidang. Baik bidang ekonomi, industri, sampai pendidikan. Sebagai akademisi, tentu dampak paling besar yang kita rasakan adalah di bidang pendidikan. Berbagai kegiatan pembelajaran yang seharusnya terjadi di lembaga pendidikan, dipindahkan ke rumah masing-masing. Aktivitas yang semestinya dilakukan secara tatap muka, dialihkan melalui daring. Bahkan sampai Oktober ini, masih banyak lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Baik di kota, maupun di daerah. Perihal proses belajar melalui daring ini tentunya terdapat pro dan kontra. Ada lebih, ada pula kurangnya. Sebagian masyarakat setuju dengan alasan bahwa sistem daring mengajarkan siswa/ mahasiswa memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik. Sistem daring juga mengajarkan siswa/mahasiswa menjadi lebih mandiri, tidak b

Rekonsiliasi Hak Masyarakat Adat yang Seharusnya Istimewa

  Oleh Fathurizal Husni (Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surabaya) KERESAHAN saya berawal dari melihat situasi negeri ini yang kian hari kian semeraut. Dengan keegoisanya merebut hak orang kecil. Entah siapa yang menciptakan keegoisan itu.  Hari ini terlihat jelas di kalangan masyarakat adat perlindungan hak-hak istimewa yang diberikan oleh negara tidak lagi diperioritaskan. Ketika perlindungan hak terabaikan oleh negara, maka di situlah terjadinya masalah yang besar, karena masyarakat adat sebenarnya diakui oleh negara. Secara jelas pembentukan negara kesatuan republik Indonesia berawal dari bersatunya masyarakat adat yang ada di antero nusantara. Keberadaan masyarakat adat telah jauh ada sebelum terbentuknya NKRI ini dan secara faktual telah diakui oleh bangsa belanda. Secara normatif, beberapa peraturan perundang-undangan telah mengamanatkan adanya pengakuan dan perlindungan masyarakat adat pada pasal 18b UUD 1945, bahwa negara mengakui dengan menghormati kesatua

Menteri Kesehatan Kita Ke Mana?

  INDONESIA adalah negara demokrasi, yang mana semua berjalan atas nama rakyat. Segala kebijakan harus demi rakyat dan diketahui oleh rakyat. Sehingga menuntut pejabat berwenang untuk menjelaskan kebijakan yang diambil adalah tindakan normal di alam demokrasi.  Letnan Jenderal TNI Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad. adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang menjabat sejak 23 Oktober 2019, kini dipertanyakan keberadaannya. Ketika virus corona semakin menjadi di negara ini, ia malah menghilang dan bungkam. Padahal di awal pandemi, ia salah satu pejabat yang sering cuap-cuap, sampai mengatakan Covid-19 bisa sembuh sendiri. Tapi kok wabah di negara kita belum kelar-kelar ya? Menghilangnya Menkes RI ini begitu ramai dibicarakan. Acara televisi Mata Najwa berulang kali mengundang Pak Terawan agar bisa menjelaskan di depan publik tentang kondisi kesehatan Indonesia di tengah Covid-19 yang tak kunjung mereda. Sampai akhirnya Najwa Shihab dalam acaranya mewawancarai kursi kosong ya

"Harga" Perempuan di Tanah Mahar Gading

Sumber foto : https://images.app.goo.gl/LdXi1sL2Fbt65bWd6   MAHAR   atau mas kawin merupakan pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkan sebuah proses pernikahan. Perbedaan mahar di setiap daerah, tentunya dipengaruhi oleh adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat. Salah satu daerah yang memiliki mahar cukup unik ialah Pulau Adonara. Pulau tersebut berada di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Mahar dalam bahasa daerah setempat disebut "Belis" yang harus diberikan kepada mempelai perempuan. Belis itu berupa gading gajah atau dalam bahasa setempat disebut "Bala". Jumlah gading yang digunakan untuk acara pernikahan tergantung kesepakatan dua belah pihak keluarga mempelai. Gading gajah memiliki harga yang cukup fantastis. Harganya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Semakin panjang ukuran gading gajah tersebut, maka semakin mahal pula harganya. Di Pulau Adonara sendiri tidak ada