Langsung ke konten utama

RUU Cilaka Bikin Celaka



TEPAT pada tanggal 5 Oktober 2020, puncak pengkhianatan pemerintah kepada rakyat terjadi. Pengesahan RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) membuat geram rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, RUU ini memiliki banyak poin yang merugikan rakyat, terutama kaum buruh.

Di tengah kegagapan pemerintah menangani Covid-19, mereka malah diam-diam mengadakan lanjutan pembahasan dan pengesahan RUU Cilaka. Dua fraksi; Demokrat dan PKS yang menolak pengesahan RUU ini saat sidang paripurna Senin kemarin, tak diizinkan memberikan sanggahan. Bahkan mikrofon mereka dimatikan. Sesama politisi yang kontra saja mereka bisa sejahat itu, apalagi kepada kita, rakyat lemah ini.

Ribuan buruh hari ini turun ke jalan. Dua juta buruh lakukan mogok kerja. Kekacauan seperti apa lagi yang kau inginkan Wahai Pemerintah Yang Terhormat?

RUU Cilaka membuka peluang besar bagi investor asing masuk ke Indonesia. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan mendalam. Ketika tenaga kerja WNI diganti WNA, tingkat pengangguran negara kita akan semakin meningkat. Mana nih yang waktu kampanye berjanji tidak akan ada lagi pengangguran di Indonesia? Masih sehat, Pak?

Sebenarnya para wakil rakyat yang setuju dengan RUU ini sedang mewakilkan suara rakyat yang mana??

RUU Cilaka membuat jaminan sosial terancam hilang. Tidak ada lagi upah minimum bagi buruh, sehingga pengusaha yang memberikan upah di bawah upah minimum tidak dapat dipidanakan.

Tidak hanya itu, masih banyak poin dalam RUU ini yang membuat rakyat marah. Tak ada pegawai tetap. Juga jam kerja yang awalnya 5 hari/pekan menjadi minimal 40 jam/pekan. Tetapi jam kerja yang bertambah tidak dibarengi dengan pesangon yang meningkat. Bahkan RUU ini mencantumkan pemangkasan pesangon.

Wow, para buruh diperlakukan layaknya mesin produksi.
RIP kemanusiaan.

Baca Juga : MENTERI KESEHATAN KITA KE MANA? 

Rakyat yang turun ke jalan untuk menuntut haknya terancam keamanannya. Dengan alasan PSBB, pemerintah melarang adanya demo. Tapi kok kampanye diperbolehkan? Pilkada tetap dijalankan?

Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia (syarat dan ketentuan berlaku)

Tidak dapat dipungkiri bahwa pengesahan RUU Cilaka sangat mengiris hati rakyat Indonesia. Entah di mana nurani pemerintah kita.

Sakit paling kronis ialah ketika kita tahu kita terluka, tapi kita tak tahu obatnya apa. Kita tahu bahwa RUU Cilaka membuat rakyat celaka, tapi kita tak tahu bagaimana cara agar RUU yang sudah disahkan itu batal.

Kurang celaka apalagi kita dijajah di negara sendiri. Dijajah oleh RUU yang sudah disahkan menjadi UU Cilaka.**



#BatalkanOmnibusLaw #TolakOmnibusLaw #BatalkanRUUCilaka #TolakRUUCilaka #RUUCiptaKerja #RIPKemanusiaan #RIPHatiNurani 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenun Kwatek, Karya Tangan Perempuan Adonara

   Kwatek Adonara saat dikenakan Penulis SUDAH tidak asing lagi jika kita mengetahui bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki kain tradisional. Begitu pula di Pulau Adonara. Pulau ini menjadi salah satu daerah yang memiliki kain tenun sebagai kain tradisionalnya. Pulau Adonara sendiri terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Bagi masyarakat Adonara, tenun ini dipakai dalam berbagai acara seperti upacara adat, pernikahan, pemakaman, dan hari-hari besar lainnya, baik hari besar nasional ataupun hari besar agama. Selain itu, kain tenun ini juga dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Adonara dan dijadikan cendramata bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.  Tenun Adonara memiliki tiga motif, pertama motif dengan warna-warni bergaris lurus lebar merupakan kain Kewatek (berbentuk seperti sarung), yang kedua motif dengan warna yang monoton serta bergaris lurus kecil-kecil adalah Nowing (berbentuk seperti sarung) dan yang ketiga motif berwarna dan bergaris lurus a...

Adonara, Tanah Lebih Mahal Daripada Darah

Anak pulau mendengar kabar Ada mayat mati terkapar Adonara, Tanah Tumpah Darah Darah Tumpah Karena Tanah KEMARIN , berita muncul di linimasa, enam nyawa hilang di ujung tombak. Darah kembali tumpah, lagi dan lagi karena masalah yang itu-itu saja. Bukan hal baru di telinga kita, bahwa persoalan hak tanah berujung pertikaian. Korban berjatuhan, anak jadi yatim, ibu jadi janda. Seorang misionaris asal Belanda, Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dalam bukunya itu, Vatter menulis "Di Hindia Belanda bagian timur tidak ada satu tempat lain di mana terjadi begitu banyak pembunuhan seperti di Adonara. Hampir semua pembunuhan dan kekerasan, penyerangan dan kejahatan-kejahatan kasar lain, yang disampaikan ke Larantuka untuk diadili, dilakukan oleh orang-orang Adonara." BACA JUGA: Masa Depan Anak Pesisir Adonara Hmm... dari pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri ba...

Yang Berharga, Hiduplah Lebih Lama

Satu hal yang pasti bahwa mereka tidak lagi muda. Sebagian besar warna rambutnya sudah tak hitam, kerutan di tangan dan wajahnya kian tampak, beberapa gigi pun telah tanggal. Sudah lebih dari separuh abad, hidupnya di muka bumi. Kenyataan ini membuatku terisak, meski tanpa suara.  Aku berada jauh. Menyeberangi lautan dan udara. Baktiku tentu hanya setitik dibandingkan embusan perjuangan dan kasihnya. Fakta ini, membuat genangan di mataku sering tumpah, meski lagi-lagi tanpa suara. Perempuan itu begitu lembut tapi juga tegas. Aku dan dirinya sering kali beradu. Maklum, egoku yang teramat kental susah sekali dicairkan. Tapi doa-doanya adalah payung atas segala badai. Hidupku adalah berkat dari sujud panjangnya dan rapalan kalimat yang ia tuangkan merayu Sang Tuhan.  Sementara itu, seorang pria gagah dengan tangan lebar dan sedikit kasar. Telapak kakinya pun demikian. Tapi dari tangan dan kaki itulah aku tumbuh dan berdikari; menjadi kaktus di tengah gersang, menjadi api di tenga...