Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Kejamnya Negeri ini: Parau Suara Rakyat Teriaki BBM dibalas Tepuk Tangan "Selamat Ulang Tahun"

SEMOGA belum telat untuk membicarakan ini. Saya berpikir cukup panjang sebelum menuliskannya. Maaf jika terlalu cerewet dan terkesan sok tahu, tapi diam saja di tengah gemuruh masyarakat yang menyesalkan keputusan pemerintah, rasa-rasanya saya tidak cukup tega untuk itu. Tentu, tulisan ini tidak akan berdampak signifikan pada perubahan, tapi memilih untuk bungkam bukan pilihan yang baik. Setidaknya, tulisan ini bukti bahwa saya berdiri bersama rakyat Indonesia. Keputusan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan kegaduhan di negeri ini. Kita melihat aksi massa dari mahasiswa, buruh, ojek online, dan beragam elemen masyarakat lainnya berdatangan silih berganti. Tidak hanya di ibu kota, demo demi demo melebar hingga pelosok tanah air. Sedih? Tentu. Marah? Jelas. Tapi kita bisa apa selain berteriak? Alih-alih merespon, wakil rakyat kita sibuk bersorak sorai merayakan ulang tahun di gedung yang kita bayar, di kursi yang rakyat ini berikan. Lalu, wakil raky

RKUHP: Cara Pemerintah Melindungi Diri

Pict: Google AKHIR-AKHIR ini anak buah kita lagi-lagi berulah. Ya, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sedang merancang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan aturan-aturan kontroversial. Eh, kenapa Anda tidak setuju jika saya menyebut mereka sebagai anak buah? Bukankah mereka wakil rakyat yang bekerja untuk rakyat dan dibayar oleh rakyat? Kalau ada pelayan yang bisa bersikap kurang ajar dan semena-mena dengan majikannya, DPR-lah jawabannya. Cih, tidak tahu diri memang. Bukan hal baru jika anggota dewan ini membuat keributan dan mengundang amarah rakyat, nah toh mereka sudah berkali-kali melakukan itu. UU Cipta Kerja, Omnibus Law, UU KPK, ini baru sedikit contoh peraturan yang mereka buat seenak jidatnya sendiri. Sekarang, lagi-lagi Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) yang katanya akan disahkan dalam waktu dekat membuat geram masyarakat. Tidak ada transparansi, hingga saat ini kita belum bisa mengakses dan membaca apa isi draf RKUHP tersebut. Kita dis

Basa-Basi itu Melelahkan

SAYA  tidak suka, ralat, lebih tepatnya tidak pandai berbasa-basi. Bukan hanya tidak bisa, tapi juga tidak suka. Baiklah, kuakui saja, saya memang tidak suka basa-basi, apalagi dengan orang asing dan manusia-manusia SKSD alias sok kenal sok dekat. Tapi percayalah, teman-teman dekatku adalah mereka yang SKSD, karena kalau tidak, tentu saya tidak akan memiliki teman, bukan? Di media sosial, banyak orang gemar basa-basi di kolom komentar hingga berani mengirim pesan ke orang lain yang tidak dia kenal. Dengan percaya diri menyatakan bahwa ia tertarik dengan sosok seorang Arina yang terpampang di lini masa. Apakah mereka lupa, kalau media sosial adalah wadah yang hanya menunjukkan sisi keren seseorang? Mengapa mereka mudah sekali tertipu? Mungkin Anda akan menghujat tulisan ini, karena merasa seorang Arina seolah-olah 'jual mahal.' Astaga, saya bukan barang dagangan. Ada pula yang mengirim sapaan genit dan sedikit memuakkan dengan foto profil versi tertampan menurut mereka sendir

Jika Kamu Sakit, Siapa yang Kamu Salahkan?

Hai, apa kabar? Sudah cukup lama ya tidak bercerita soal hati, sebab terlalu banyak berita-berita dalam negeri yang mengalihkan perasaan, seperti berita ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya yang membuat isi kepala begitu berisik. Alhasil, tulisanku yang lahir hanyalah seputar isu di negeri ini. Sebenarnya tidak masalah, nah toh peka terhadap kondisi sekitar bukanlah hal yang buruk. Tetapi sepertinya, diri sendiri juga perlu didengarkan. Sedang sakit, sedang kecewa, terluka, atau sedang patah. Kamu boleh menebak, sebab apa tulisan ini lahir. . . . Apakah kamu pernah merasa kecewa atau terluka atas sikap orang lain? Siapa yang kamu salahkan? Saya ingin katakan, bahwa ketersinggungan atas perilaku orang lain bukanlah pemberian, melainkan penerimaan. Jika dirimu tidak mengizinkan hatimu dilukai, sejatinya kamu tidak akan tersakiti. Jika kamu tidak menaruh harapan terlalu tinggi, sejatinya kamu tidak akan kecewa. Bukankah kita bisa meminimalisir resiko kecelakaan di jalan

Mengapa Hanya Kartini?

TANGGAL 21 April kembali berulang, setiap tahunnya diperingati sebagai hari nasional, Hari Kartini sesuai dengan kelahiran pahlawan nasional, Raden Ajeng Kartini --tertera di kalender Indonesia, dirayakan seluruh rakyat Indonesia. Hari Kartini ditetapkan pada tanggal 2 Mei 1964 melalui Keputusan Presiden RI No 108/1964 yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno. Pernahkan Anda bertanya-tanya, mengapa hanya Kartini? Bukankah begitu banyak pahlawan dari kalangan perempuan di negeri ini? Seistimewa apa Kartini hingga hari lahirnya diperingati setiap tahun di seluruh Indonesia? Jika karena ia memperjuangkan emansipasi wanita, nah toh bukan hanya Kartini. Ia hanya salah satu pahlawan dari sekian banyak pahlawan perempuan y ang memperjuangkan hak perempuan dan kesetaraan gender di negeri ini. Tapi mengapa Kartini begitu diagungkan? Apakah ia lebih besar pengorbanannya dibandingkan pahlawan perempuan yang lain? Pejuang emansipasi wanita lainnya yang sering terlupakan ialah Dewi Sartika. Per

Riuh Cerita tentang Demo Mahasiswa

RENTETAN demo mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia berlangsung berturut-turut dengan membawa sejumlah tuntutan yang tak jauh berbeda; tolak tiga periode dan tunda pemilu, protes kenaikan harga pangan, Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga Pajak Pertambahan Nilai (PPN), juga kontroversi UU Cipta Kerja, sampai Kasus Wadas yang belum tuntas.  Tidak hanya di Jakarta, aksi demo mahasiswa turut digelar di kota-kota lain, mulai dari Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Ambon, hingga Manokwari. Aksi unjuk rasa mahasiswa bukanlah hal yang baru di negara demokrasi ini. Kebebasan berpendapat diatur dalam konstitusi, salah satunya termaktub di Pasal 28 dan Pasal 28E ayat 3 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan,  “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat." Menggelar demonstrasi juga menjadi salah satu cara yang dihalalkan konstitusi untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Tertulis dalam UU nomor 9 tahun 1998, pasal 9 ay

Gonjang-Ganjing Pemilu 2024

  DI TAHUN politik kali ini, isu penundaan pemilu 2024 ramai menjadi perbincangan publik, baik dari masyarakat awam, maupun dari para pakar. Narasi-narasi pro dan kontra ihwal penundaan pemilu masih menjadi topik hangat dan mencuri perhatian. Penundaan pemilu juga dinilai sebagai upaya perpanjangan masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Ma'ruf Amin. Wacana ini digulirkan pertama kali oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang mengusulkan agar Pemilu 2024 ditunda satu atau dua tahun dengan dalih pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.  Usulan ini lalu mendapat dukungan dari Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).  Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengaku dirinya menerima aspirasi dari kalangan petani di Kabupaten Siak, Riau, yang ingin masa jabatan Presiden Jokowi diperpanjang. Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Menurut Zulkifli, terdapat sejumlah alasan yang membuat

Keluhan ini Berjudul: Hidup Usia Sampah

Oleh Edo Muhammad Abdillah MISKIN adalah privillage katanya, berpendidikan juga privillage katanya. Kerja keras di usia muda agar cepat sukses serta membahagiakan orang di sekitarmu katanya. Pantang menyerah dan terus mencoba hingga berhasil katanya, kata mereka, yang sudah berhasil itu, katanya. Sampah sekali aku rasanya mendengar kata kata mereka. Seakan mereka ingin sekali didengar padahal mereka hanya punya mulut, dan aku yang punya telinga. Bukan bermaksud mengeluh dan merasa paling menderita, hanya saja... Begini, aku jarang punya masalah (kurasa) meski terkadang masalah-masalah kecil terkumpul hingga meledak dan berceceran di pikiran. Dan rasanya (juga) jarang sekali punya ambisi besar, aku hidup di masa kini bukan di masa depan. Aku ingin menikmati apa yang aku miliki dibanding memikirkan yang belum aku miliki. BACA JUGA: Terima Kasih atas Kisah dan Kasih Orang lain menikah, berpenghasilan, jalan-jalan, membeli kendaraan dan dipamerkan. Aku memilih memikirkan hari ini, hari

Kita Tidak Pernah Berjuang Sendirian

KEHIDUPAN ini begitu unik. Tuhan mempunyai beragam cara untuk menunjukkan kebaikan orang lain kepadaku. Saat diri ini merasa dunia begitu kejam dan diriku seolah dipaksa bertahan seorang diri, Tuhan memperlihatkan ada orang-orang baik dengan perlakuan sederhana tapi membuat hatiku berdecak. Ada pengendara motor yang mempersilakanku untuk menyeberang jalan raya, ada seorang perempuan yang rela meminjamkan buku-bukunya untuk kubaca berhari-hari, ada tetangga sebelah yang mau direpotkan berkali-kali hanya untuk memperbaiki laptop usang, ada pemuda jangkung yang bersedia menjadi rekan tukar pikiran hingga tukar perasaan, ada kawan SMA yang mau mengangkat telepon di jam 2 dini hari, ada teman lama yang siap mendengar aku menangis, ada guru yang begitu percaya bahwa diriku punya potensi, tidak lupa ada orang tua yang selalu mengirim doa juga dana tanpa diminta, ada saudara serahim yang selalu siap berbagi kebahagiaan, serta ada banyak manusia baik hati lainnya yang hadir dalam kehidupan uni

Polisi vs Everybody

  Ilustrasi Polisi AKHIR-AKHIR INI,  kekerasan dari aparat kepolisian kembali mencuat dan menggegerkan media. Tapi seharusnya kita tidak perlu kaget, karena kejadian ini hanya pengulangan kejadian-kejadian sebelumnya. Kasus kekerasan oleh aparat terhadap masyarakat sudah sering berdengung di telinga kita. Hampir seluruh judul berita di media massa menuliskan 'Oknum Polisi Melakukan Tindakan Represif Terhadap Warga', atau berita-berita sejenisnya yang juga memakai kata OKNUM. Kata OKNUM sendiri mulai ramai digunakan di media massa ketika masa Orde Baru untuk menyelamatkan nama baik lembaga Kepolisian pada masa itu. Orang-orang yang bermasalah dalam kepolisian disebut OKNUM, sehingga tidak mengotori nama instansi tersebut. Walaupun ada puluhan bahkan ratusan polisi yang melakukan kejahatan, tetap disebut OKNUM. Ini merupakan pengendalian opini oleh pemerintah melalui bahasa-bahasa yang digunakan media, dan itu terjadi hingga saat ini. Di era Jokowi, kasus kejahatan dan kekerasan

Insecure di Usia 20++

  Loc: Pantai Ina Burak USIA kepala dua menuju seperempat abad kehidupan di dunia, waktu yang tidak sebentar tapi terasa amat singkat. Leha-leha, terbuai waktu, sementara tahun terus berganti, umur bertambah, jatah hidup berkurang. Sudah ngapain aja di hidup yang mendekati seperempat abad ini? Jika berkaca dengan para pemuda di masa kejayaan Islam beberapa abad lalu, sepertinya kita harus tertampar. Betapa kualitas diri kita terbentang sangat jauh dibandingkan pemuda muslim pada masa itu. Di saat kebanyakan pemuda saat ini berumur 21 tahun sudah besar kepala karena menaklukkan hati wanita, Muhammad Al Fatih di usia yang sama pada masanya sudah mampu menaklukkan Konstantinopel, yang sekarang bernama Istanbul --kota terbesar di Turki. Kalau boleh flashback sedikit, saat umur 8 tahun, kita ngapain? bermain? Muhammad Al Fatih di umur 8 tahun sudah hafal seluruh ayat Al Quran. Sedangkan kita, di usia 20+ ini, berapa ayat suci yang ada di kepala kita? BACA JUGA: Siapkah Aku Jikalau Wakt

Anda Setuju Ibu Kota Negara Pindah?

Sumber: Kompas.com BERITA  tentang pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) begitu ramai menghiasi semua media. Ditambah Rancangan Undang-undang (RUU) IKN yang telah ketok palu menjadi Undang-undang (UU), menimbulkan beragam narasi dari berbagai pihak, baik yang setuju maupun yang bersikeras menolak. Saya rasa, Anda sudah bisa menebak, saya ada di pihak yang mana. UU IKN yang disahkan tiba-tiba, mengejutkan banyak pihak. IKN baru yang ditetapkan di Kota Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur seolah membangunkan berbagai asumsi dan pertanyaan, siapa yang diuntungkan dari pemindahan IKN ini? Proses pengesahan UU IKN yang seolah-olah kejar tayang, sangat jelas mengabaikan aspirasi dan partisipasi masyarakat. Mengutip kalimat Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid dalam Topik Berita Radio Silaturahmi AM 720Khz edisi Rabu (19/1), "UU IKN dibahas terburu buru, bahkan dibahas sampai malam hari, juga tidak mengindahkan begitu banyak masukan dari para pakar." Lihat! Saya tidak sedang mengada-ada

Cantik itu Luka

ilustrasi gambar: google Oleh Lamasta BEGITU  pun bahagia. Dengan rasa yang tak sempat kasat mata pada tatap-tatapku, rasa yang terus melumpur tak akan berhenti memilih mati. Dengan bentuk yang tak bertulang pada sisi hatimu selalu kucandukan di setiap sempatku. Dengan santun kau datang dan menyuruhku pergi dari rasa yang tak pernah kupintakan. Lalu apa bedanya rasa cintaku pada setiap orang yang juga mencintaimu? Dengan rasa gelisah, jiwa berantakan, dan fikiran tak merata menuju pada haluan puncak resah-resah kecewa, sebab di atas kasur dengan waktu yang sungguh terlampau larut mataku masih saja memilih betah tinggal di layar android. Sejak saat itu cantikmu sudah tak pernah aku ragukan sebab rasa ini terlalu hidup di tiap proses ucapku, dan sampai titik ini apa salahku terhadap rasaku? Apa Tuhan masih salah mengatur rasa yang sungguh perasa di tiap-tiap hati manusia? 'Jika iya aku dan segenap rasa kuatasnamakan dan mengadu pada Tuhan' BACA JUGA:   Setiap Tahun Memiliki Por

Setiap Tahun Memiliki Porsi Seimbang, Bye 2021

Loc: Keraton Ratu Boko, Yogyakarta GAK TERASA YA, 2021 baru saja kita tinggalkan. Kalau diingat-ingat, ternyata banyak peristiwa yang membuat kita belajar bahwa segala sesuatu bisa terjadi begitu saja sesuai kehendak Tuhan. Lagi-lagi kita disadarkan bahwa kita hanyalah hamba; lemah dan tak berdaya. Sepertinya kita tidak akan lupa, bagaimana Gempa Mamuju menewaskan saudara saudara kita di sana. Kita juga tentu masih ingat, bagaimana banjir bandang merengut paksa puluhan nyawa sanak keluarga kita yang ada di Nusa Tenggara Timur. Lalu kemudian kita dikejutkan dengan berita hilangnya Kapal Selam Nanggala 402, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan yang terbaru; erupsi Gunung Semeru. Ditambah lagi pandemi yang masih terus menghantui. Betapa mudahnya Tuhan menghancurkan semua itu, namun kita masih saja terus menerus menentangNya. Tahun 2021 mungkin banyak sedihnya, ada yang kehilangan orang-orang terkasih, ada yang gagal dalam hubungan ataupun karir, ada yang jatuh sakit, jatuh cinta, bah