Langsung ke konten utama

Berat Nian Menjadi WNI

Bara api menyala di lubuk umat manusia yang lahir di bumi Pertiwi

Kaki-kaki berlari laju memenuhi jalanan sebab keadilan tak hinggap ke dapur mereka

Ada amarah di setiap derap langkah dan degup nadi 

Memaki nasib hidup di Republik Ilusi


Perih mataku menangkis kabut pedih yang keluar dari senjata kekuasaan

Setelah itu, saudaraku mati dilindas rantis


Aku melihat arogansi pejabat menari dengan riang di gedung mewah yang dibangun oleh keringat jelata 

Musik mengalun merdu mengelus mesra tubuh yang dibalut lambang borjuis


Tak kutemukan tumpukan buku ala Bung Hatta di rumah-rumah para tuan yang katanya mewakili aku

Rupanya tak butuh arif nan cerdas untuk membuat Undang-Undang di meja parlemen

Hanya cukup culas dan tak tahu malu


Tak kudengar susunan tutur kata khas makhluk bermoral yang keluar dari bibir mereka

Sebab anggota dewan negeri ini ternyata lebih jago beronani ketimbang berorasi


Presiden yang menang karena mahir bergoyang kini muncul di linimasa lewat akun pasangan artis berjuluk sultan

Harusnya hadir membawa tenang

Nyatanya hanya menguyur bensin ke bara yang panas

Sebab ia bodoh mencari solusi


Sang Wakil, anak haram konstitusi itu tak terlihat

Hening, bisu, senyap

Seakan buta bahwa banyak ibu dirundung pilu sebab sang anak kembali tanpa nyawa


80 tahun perayaan digelar di Istana 

Bersorak sorai seakan sejahtera tampak di depan mata

Belum usai lagu karya Husein Mutahar diputar

Laras panjang dan peluru karet menyasar kawanku di muka jalan

Di sebelah sana, rekanku dipukul karena memegang kamera dan menulis berita


Maksud apa Tuhan aku lahir di tanah ini?

Berat nian Kau uji aku menjadi WNI


Bogor, 31 Agustus 2025



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenun Kwatek, Karya Tangan Perempuan Adonara

   Kwatek Adonara saat dikenakan Penulis SUDAH tidak asing lagi jika kita mengetahui bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki kain tradisional. Begitu pula di Pulau Adonara. Pulau ini menjadi salah satu daerah yang memiliki kain tenun sebagai kain tradisionalnya. Pulau Adonara sendiri terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Bagi masyarakat Adonara, tenun ini dipakai dalam berbagai acara seperti upacara adat, pernikahan, pemakaman, dan hari-hari besar lainnya, baik hari besar nasional ataupun hari besar agama. Selain itu, kain tenun ini juga dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Adonara dan dijadikan cendramata bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.  Tenun Adonara memiliki tiga motif, pertama motif dengan warna-warni bergaris lurus lebar merupakan kain Kewatek (berbentuk seperti sarung), yang kedua motif dengan warna yang monoton serta bergaris lurus kecil-kecil adalah Nowing (berbentuk seperti sarung) dan yang ketiga motif berwarna dan bergaris lurus a...

Yang Berharga, Hiduplah Lebih Lama

Satu hal yang pasti bahwa mereka tidak lagi muda. Sebagian besar warna rambutnya sudah tak hitam, kerutan di tangan dan wajahnya kian tampak, beberapa gigi pun telah tanggal. Sudah lebih dari separuh abad, hidupnya di muka bumi. Kenyataan ini membuatku terisak, meski tanpa suara.  Aku berada jauh. Menyeberangi lautan dan udara. Baktiku tentu hanya setitik dibandingkan embusan perjuangan dan kasihnya. Fakta ini, membuat genangan di mataku sering tumpah, meski lagi-lagi tanpa suara. Perempuan itu begitu lembut tapi juga tegas. Aku dan dirinya sering kali beradu. Maklum, egoku yang teramat kental susah sekali dicairkan. Tapi doa-doanya adalah payung atas segala badai. Hidupku adalah berkat dari sujud panjangnya dan rapalan kalimat yang ia tuangkan merayu Sang Tuhan.  Sementara itu, seorang pria gagah dengan tangan lebar dan sedikit kasar. Telapak kakinya pun demikian. Tapi dari tangan dan kaki itulah aku tumbuh dan berdikari; menjadi kaktus di tengah gersang, menjadi api di tenga...

Adonara, Tanah Lebih Mahal Daripada Darah

Anak pulau mendengar kabar Ada mayat mati terkapar Adonara, Tanah Tumpah Darah Darah Tumpah Karena Tanah KEMARIN , berita muncul di linimasa, enam nyawa hilang di ujung tombak. Darah kembali tumpah, lagi dan lagi karena masalah yang itu-itu saja. Bukan hal baru di telinga kita, bahwa persoalan hak tanah berujung pertikaian. Korban berjatuhan, anak jadi yatim, ibu jadi janda. Seorang misionaris asal Belanda, Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dalam bukunya itu, Vatter menulis "Di Hindia Belanda bagian timur tidak ada satu tempat lain di mana terjadi begitu banyak pembunuhan seperti di Adonara. Hampir semua pembunuhan dan kekerasan, penyerangan dan kejahatan-kejahatan kasar lain, yang disampaikan ke Larantuka untuk diadili, dilakukan oleh orang-orang Adonara." BACA JUGA: Masa Depan Anak Pesisir Adonara Hmm... dari pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri ba...