Langsung ke konten utama

I B U


Ibu adalah sosok yang mencintaimu tanpa ragu
Mengasihimu tanpa jeda waktu
Menasihatimu dengan kasih yang takkan berlalu
Merindukanmu dari Senin sampai Minggu

Bagaimanapun keadaan ibumu saat ini,
Ingatlah !!  ia lah satu-satunya perempuan yang rela mati untukmu
Ia lah satu-satunya perempuan yang rela menukar air matanya untuk bahagiamu
Ia lah satu-satunya perempuan yang di hatinya selalu ada maaf untukmu

Kita tidak pernah bisa membalas setetes air kehidupan yang telah ia berikan, jasa ibu terlalu mulia. Maka jika ada kesempatan pulang ke rumah, pulanglah. Jangan membuat ia menanggung rindu terus-menerus. Karena saat sakit ataupun sekarat, ibumu lah orang pertama yang akan menangis dan mengkhawatirkanmu. Bukan kampusmu, dosenmu atau bos perusahaan tempat kerjamu. Mereka tinggal mencari mahasiswa baru atau karyawan baru menggantikanmu. Tapi ibumu... Dia lah yang tetap mendoakanmu siang dan malam.

Semakin hari.. kulit ibu semakin berkerut. Helai demi helai rambutnya mulai memutih. Penglihatannya tak lagi jelas seperti dulu. Kesehatannya mulai terganggu. Kita tidak bisa melawan kenyataan bahwa suatu saat kita akan pergi atau ditinggal pergi. Maka ketika kita masih diberi kesempatan untuk menggenggam tangannya, melihat senyum teduhnya, memeluk tubuhnya yang mulai lemah, berbaktilah. Bahagiakan ia. Waktu kita terbatas kawan.

Apabila sebagian dari kita telah ditinggal pergi oleh ibunya, tolong jangan berhenti mendoakannya. Sebagaimana ia menghabiskan masa hidupnya untuk mendoakan kita, anaknya.

Pesan ini ditulis oleh seorang yang merasa dirinya belum bisa berbakti kepada ibunya. Maka mari sama-sama kita mencoba untuk selalu menjadi anak yang baik untuk ibu kita.

SELAMAT HARI IBU UNTUK IBU DAN PARA CALON IBU DI DUNIA 💕💕
SEMOGA RAHMAT TUHAN SELALU MENYERTAI 🙏🙏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film “Dirty Vote,” Bukti Kebiadaban Pemerintahan Jokowi

PERINGATAN : Tulisan ini bukan kajian ilmiah yang tersusun rapi dengan kalimat akademik dan sajian data konkrit. Bukan juga berisi pujian untuk menyanjung junjunganmu. Jadi bagi Anda yang merasa pendukung fanatik Presiden Jokowi maupun paslon tertentu, sebaiknya Anda tidak perlu membaca tulisan yang isinya hanya “sumpah serapah” untuk idolamu itu. FILM dokumenter “Dirty Vote” tayang hari ini, Ahad, 11 Februari 2024 pukul 11.11 WIB di kanal YouTube Dirty Vote. Saya buru-buru mengunduh film tersebut, khawatir sewaktu-waktu bisa di-takedown. Ya, saya memang sangat pesimis dengan kebebasan berbicara/berekspresi di negeri yang katanya demokrasi ini. Pukul 20.00 WIB, film tersebut selesai saya tonton. Bergegas saya buka Microsoft Word yang ada di laptop untuk menuangkan segala emosi yang terangkum selama menyaksikan “Dirty Vote.” Film yang disutradarai Dandhy Laksono ini kembali berhasil membuat saya meneteskan air mata. Bisa dibilang, jejak air itu belum sepenuhnya kering saat tulisan

Tepung Seharga Nyawa Manusia

Alkisah, di sebuah kota suci nan subur Hidup manusia mulia yang diserang sekelompok penjahat bengis; tak berhati dan tak pula berakal Para penjahat itu bermodalkan kebodohan dan keserakahah Dengan besar kepala mereka melawan kebenaran  Lucunya, langkah kejahatan itu didukung oleh pamannya, Paman Sam Lalu ketika seluruh hati di dunia terketuk dan mengutuk, Paman Sam tiba-tiba berubah peran Ambil langkah "kemanusiaan" Pura-pura berbaik hati Bah, pandai kali aktingnya Kirim bantuan lewat udara Jatuhkan makanan dari langit pantai Gaza Warga setempat yang kelaparan berlarian menuju ke situ Ternyata itu bukan hanya tempat makanan tapi juga tempat pemakaman Tepung yang dijatuhkan Paman Sam, seharga 150 nyawa manusia Mereka meregang nyawa di atas peti makanan Belum sempat mereka merasa kenyang, darahnya sudah lebih dulu terkuras Peti bantuan itu mendadak berubah warna Menjadi merah Semerah darah para syuhada Wanginya semerbak menembus layar handphone di gengaman umat manusia Aromanya

Adonara, Tanah Lebih Mahal Daripada Darah

Anak pulau mendengar kabar Ada mayat mati terkapar Adonara, Tanah Tumpah Darah Darah Tumpah Karena Tanah KEMARIN , berita muncul di linimasa, enam nyawa hilang di ujung tombak. Darah kembali tumpah, lagi dan lagi karena masalah yang itu-itu saja. Bukan hal baru di telinga kita, bahwa persoalan hak tanah berujung pertikaian. Korban berjatuhan, anak jadi yatim, ibu jadi janda. Seorang misionaris asal Belanda, Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dalam bukunya itu, Vatter menulis "Di Hindia Belanda bagian timur tidak ada satu tempat lain di mana terjadi begitu banyak pembunuhan seperti di Adonara. Hampir semua pembunuhan dan kekerasan, penyerangan dan kejahatan-kejahatan kasar lain, yang disampaikan ke Larantuka untuk diadili, dilakukan oleh orang-orang Adonara." BACA JUGA: Masa Depan Anak Pesisir Adonara Hmm... dari pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri ba