Kiran, wanita yang menjadi tokoh utama dalam novel tersebut, awalnya adalah sosok muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi jubah dan jilbab besar. Waktunya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah swt. Cita-citanya hanya satu; menjadi muslimah yang beragama secara total.
Untuk meraih cita-cita tersebut,Kiran mengikuti sebuah organisasi garis keras yang mengusung cita-cita tegaknya syariat Islam yang ideal. Tetapi dalam perjalanan, ternyata organisasi itu malah merampas nilai kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang diajukan, dijawab dengan dogma tertutup yang melahirkan resah dan kehampaan.
Dalam situasi seperti itulah, ia melampiaskan frustasinya dengan seks bebas dan obat-obatan terlarang. Tak ada rasa sesal pada tuhannya. Ia yang dulu adalah seorang muslimah sejati, kini menjadi seorang pelacur.
Sosok Kiran menggambarkan bahwa ternyata manusia selalu berubah-ubah. Orang baik tidak selamanya baik, orang jahat tidak selamanya jahat. Seorang pendosa memiliki masa depan, seorang yang shalih pun memiliki masa lalu. Kita tidak pernah tahu akan berakhir seperti apa. Bisa jadi ia yang kita anggap hina, sebenarnya adalah orang mulia di hadapan Allah swt. Atau orang yang terlihat suci, ternyata memiliki segunung aib yang ditutupi oleh Allah swt.
Banyak faktor yang mampu mengubah pribadi kita dari buruk menuju baik atau sebaliknya. Lingkungan memiliki andil besar dalam membentuk karakter kita. Bahkan seorang Kiran yang awalnya adalah muslimah sejati bisa berubah drastis menjadi seorang pelacur karena mengikuti organisasi yang menggoyahkan iman dan nalarnya.
Dengan demikian, kita harus memperhatikan lingkungan kita. Hati-hati dalam bergaul. Hati-hati dalam memilih organisasi atau aktivitas apa yang akan kita ikuti.
Bukan berarti kita tidak boleh bergaul atau berteman dengan mereka yang mungkin hidup dalam dunia "hitam". Karena di sisi lain, hal itu bisa menjadi ladang kita untuk menebar kebaikan. Dengan lemah lembut kita berdakwah tanpa menggurui. Menasihati dengan baik jika teman-teman kita melakukan kesalahan. Jika kita dapat memperbaiki,maka silahkan. Minimal tidak ikut-ikutan.
Akan tetapi, jika kita malah terjerumus, maka sebaiknya tinggalkan lingkungan tersebut. Karena akan membentuk karaktek kita menjadi tidak baik. Atau bahkan menggoyahkan iman kita.
.
.
.
Semoga ulasan di atas bermanfaat bagi penulis ataupun pembaca :)
Mari sama-sama membaik bersama-sama :)
Komentar
Posting Komentar