Langsung ke konten utama

Akhir Pekan yang Indah



Awalnya saya tidak berminat ikut kegiatan kuliah umum ini, karena kegiatan ini dimulai pada pukul 13:00 WIB. Hm..waktu yang tepat untuk tidur siang di akhir pekan bukan? Tetapi, saya berpikir lagi, mungkin akan lebih baik jika saya meninggalkan waktu rebahan saya kali ini untuk sesuatu yg lebih bermanfaat. Fix, saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan tersebut.
.
Kali ini, saya dipertemukan dengan salah satu manusia hebat yg sangat luar biasa, Bapak Heppy Chandrayana, M.I.Kom. Beliau adalah salah satu MC di Istana Negara Republik Indonesia dan juga seorang motivator handal sekaligus TV voice over.
.
Tuhan Maha Baik. Saya menjadi salah satu manusia yg bisa bertatap langsung dengannya, mendengar segala pelajaran yg ia sampaikan, merasakan keseruan belajar sambil bercanda dengannya. Tak terbayang jika tadi saya mengikuti rasa malas saya untuk tetap berada dalam kamar kos, sambil tiduran di depan kipas angin. Rugi. Sangat rugi.
.
Darinya, saya banyak mengambil pelajaran. Salah satunya adalah bagaimana agar kita harus tetap bergerak menuju perubahan yg lebih baik untuk orang-orang sekitar kita, terutama orang tua kita. Bagaimana agar kita tetap berproses meski terkadang angin berhembus tak sesuai kemauan nelayan. "Jika pola pikir kita sepuluh tahun lalu sama dengan pola pikir kita saat ini, berarti kita sudah tertinggal", ucapnya. Maka sejatinya berubah itu baik. Hijrah itu penting ke arah yang lebih baik.
.
Seorang komunikator berpotensi besar untuk mempengaruhi komunikan hanya lewat kata-kata & cara penyampaian kata. "Seorang komunikator yang baik ialah ketika ia mampu memberi kesan baik pada 5 menit pertama ia berbicara", kurang lebih seperti itu kalimat yg ia sampaikan. & Hal itu, ia buktikan hari ini.
.
Karena kepo, saya mencari tahu tentang beliau di internet. Saya menemukan fakta bahwa ternyata ia alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Saya sebagai alumnus (alumni gak lulus, wkwk) dari almamater yg sama, merasa terharu sekaligus bangga. Kemudian saya memberanikan diri bertanya langsung padanya selepas kegiatan. "Iya, saya alumni Gontor tahun 2001", jawabnya. Masya Allah. Saya bertemu dengan alumni Gontor yang menjadi orang penting di negeri ini.
.
.
.
Loc :  STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor
#HeppyChandra
#motivator
#kuliahumum

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film “Dirty Vote,” Bukti Kebiadaban Pemerintahan Jokowi

PERINGATAN : Tulisan ini bukan kajian ilmiah yang tersusun rapi dengan kalimat akademik dan sajian data konkrit. Bukan juga berisi pujian untuk menyanjung junjunganmu. Jadi bagi Anda yang merasa pendukung fanatik Presiden Jokowi maupun paslon tertentu, sebaiknya Anda tidak perlu membaca tulisan yang isinya hanya “sumpah serapah” untuk idolamu itu. FILM dokumenter “Dirty Vote” tayang hari ini, Ahad, 11 Februari 2024 pukul 11.11 WIB di kanal YouTube Dirty Vote. Saya buru-buru mengunduh film tersebut, khawatir sewaktu-waktu bisa di-takedown. Ya, saya memang sangat pesimis dengan kebebasan berbicara/berekspresi di negeri yang katanya demokrasi ini. Pukul 20.00 WIB, film tersebut selesai saya tonton. Bergegas saya buka Microsoft Word yang ada di laptop untuk menuangkan segala emosi yang terangkum selama menyaksikan “Dirty Vote.” Film yang disutradarai Dandhy Laksono ini kembali berhasil membuat saya meneteskan air mata. Bisa dibilang, jejak air itu belum sepenuhnya kering saat tulisan

Tepung Seharga Nyawa Manusia

Alkisah, di sebuah kota suci nan subur Hidup manusia mulia yang diserang sekelompok penjahat bengis; tak berhati dan tak pula berakal Para penjahat itu bermodalkan kebodohan dan keserakahah Dengan besar kepala mereka melawan kebenaran  Lucunya, langkah kejahatan itu didukung oleh pamannya, Paman Sam Lalu ketika seluruh hati di dunia terketuk dan mengutuk, Paman Sam tiba-tiba berubah peran Ambil langkah "kemanusiaan" Pura-pura berbaik hati Bah, pandai kali aktingnya Kirim bantuan lewat udara Jatuhkan makanan dari langit pantai Gaza Warga setempat yang kelaparan berlarian menuju ke situ Ternyata itu bukan hanya tempat makanan tapi juga tempat pemakaman Tepung yang dijatuhkan Paman Sam, seharga 150 nyawa manusia Mereka meregang nyawa di atas peti makanan Belum sempat mereka merasa kenyang, darahnya sudah lebih dulu terkuras Peti bantuan itu mendadak berubah warna Menjadi merah Semerah darah para syuhada Wanginya semerbak menembus layar handphone di gengaman umat manusia Aromanya

Adonara, Tanah Lebih Mahal Daripada Darah

Anak pulau mendengar kabar Ada mayat mati terkapar Adonara, Tanah Tumpah Darah Darah Tumpah Karena Tanah KEMARIN , berita muncul di linimasa, enam nyawa hilang di ujung tombak. Darah kembali tumpah, lagi dan lagi karena masalah yang itu-itu saja. Bukan hal baru di telinga kita, bahwa persoalan hak tanah berujung pertikaian. Korban berjatuhan, anak jadi yatim, ibu jadi janda. Seorang misionaris asal Belanda, Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dalam bukunya itu, Vatter menulis "Di Hindia Belanda bagian timur tidak ada satu tempat lain di mana terjadi begitu banyak pembunuhan seperti di Adonara. Hampir semua pembunuhan dan kekerasan, penyerangan dan kejahatan-kejahatan kasar lain, yang disampaikan ke Larantuka untuk diadili, dilakukan oleh orang-orang Adonara." BACA JUGA: Masa Depan Anak Pesisir Adonara Hmm... dari pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri ba