Bertahun-tahun kita belajar menjadi manusia baik hati, tapi masih saja sulit menerima kesalahan orang lain. Hati kita kadang begitu tinggi untuk mengakui bahwa kita juga bisa salah. Merasa paling benar dan selalu benar.
Ingin dimengerti tapi lupa untuk mulai mendengar dan memahami. Sering kali masygul atas suatu masalah namun enggan menyelesaikannya, memilih lari lalu menyalahkan orang lain. Lagi-lagi kita merasa paling benar dan selalu benar.
Menjauhi orang sekitar, padahal kita saling membutuhkan. Seringkali merasa sendiri, padahal kita yang tak ingin ditemani. Merasa ditinggalkan, padahal kita yang melangkah pergi. Kita terlalu banyak merasa paling menderita, bersikeras mengklaim sebagai pihak yang tersakiti, padahal kita yang mengizinkan untuk disakiti.
BACA JUGA: P U L A N G
Memang tidak akan bisa menjadi manusia yang disenangi semua orang, namun mengapa tidak mencoba untuk tetap menjadi manusia baik hati? Setidaknya kita menjalani peran yang baik meskipun akhirnya tetap ada yang tak berkenan.
Tulisan ini ditulis oleh seseorang yang sangat kacau mengelola emosinya, amatir dalam membangun sebuah hubungan, maka bisakah kamu mengajarinya menjadi manusia baik hati yang mampu merawat sabar dalam jiwa, meredam amarah dengan anggun, dan menerima kesalahan orang lain?
Jika kamu bersedia, mari berteman!
Banyak teman yang bisa diajak tertawa bersama, namun sedikit yang bersedia untuk membaik bersama.
Memang tidak akan bisa menjadi manusia yang disenangi semua orang, namun mengapa tidak mencoba untuk tetap menjadi manusia baik hati? Setidaknya kita menjalani peran yang baik meskipun akhirnya tetap ada yang tak berkenan.
Tulisan ini ditulis oleh seseorang yang sangat kacau mengelola emosinya, amatir dalam membangun sebuah hubungan, maka bisakah kamu mengajarinya menjadi manusia baik hati yang mampu merawat sabar dalam jiwa, meredam amarah dengan anggun, dan menerima kesalahan orang lain?
Jika kamu bersedia, mari berteman!
Banyak teman yang bisa diajak tertawa bersama, namun sedikit yang bersedia untuk membaik bersama.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (133)
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan (134)"
-QS. Ali 'Imran-
Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal - Alfred Adler
BalasHapus