Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Kiprah Perempuan Tionghoa dalam Sejarah Indonesia

PERLU kita ketahui bahwa tidak ada ras, etnis dan kebudayaan yang buruk. Jika kita dapati banyak kejahatan dilakukan oleh etnis tertentu, maka bukan etnisnya yang buruk tetapi individunya lah yang bermasalah. Seperti halnya etnis Tionghoa, meskipun kebanyakan dari kita memandang negatif etnis tersebut, tapi faktanya banyak perempuan Tionghoa yang ikut berperan besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Nama mereka mungkin akan asing di telinga kita. Tapi mereka tetaplah pahlawan yang perlu kita hargai, kita kenang dan dijadikan teladan yang baik. Mari kita cermati, beberapa perempuan etnis Tionghoa yang berjasa dalam sejarah Indonesia. 1. THE SIN NIO merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Ia bahkan sempat menyamar menjadi lelaki dan mengubah namanya menjadi Mochammad Moeksin agar bisa bertempur melawan penjajah. Sin Nio menjadi satu-satunya perempuan yang tergabung dalam Kompi 1 Batalyon 4 Resimen 18 di bawah komando Sukarno. Dia ikut di garis terdepan perjuangan dengan senjata sederhana

Sejak Kamu Jauh, Aku Kembali Belajar Berpuisi

Foto : Pinterest  KEMARIN hujan, tapi kau tak di sini. Maka ku putuskan untuk menulis puisi. Sebab kata orang, dalam puisi kita bisa bercengkrama meski tak saling menatap. Ku teguk kopi yang mulai dingin, tapi ternyata tak lebih dingin dari beberapa hari terakhir selepas pergimu. Tak ada peluk yang datang tanpa perlu diminta. Tak ada yang mengundang tawa saat gundah mulai meradang. Baik-baik di sana. Keberadaanmu yang jauh di luar kendaliku. Aku sudah lama tak menulis puisi, kali ini ku memulai lagi hobi yang sempat vakum. Bukan karena kehilangan tema atau kehabisan kata, tapi sejak denganmu banyak bahagia yang tak mampu didefinisikan lewat aksara. BACA JUGA : Puisi ini Milik Tuan Ternyata saat jauh, tanganku gatal untuk menjadikan kamu tema dalam bait puisi. Kamu tahu kan? Puisi tidak bisa dipesan. Ia lahir dari hati Sang Penulis.  Betapa rindu membuat orang menjadi mendadak puitis. Setiap kalimat ditulis dengan rasa, dibaca diam-diam. Sengaja puisi itu tak ku cantumkan di sini, se

Apa yang Kau Maksud dari Kalimat "Inilah Aku Apa Adanya"?

  Foto : Pinterest  "You're good, but you can be better" - Deddy Corbuzier -  AKU , kamu, mereka atau siapapun seringkali terjebak dengan kalimat "Inilah aku apa adanya". Kita menolak untuk berkembang, kita enggan untuk berproses, padahal sejatinya kita mampu menjadi lebih baik. Tapi dengan dalih "Inilah aku apa adanya", kita menerima baik buruk yang ada dalam diri, kemudian dibanggakan. Orang-orang berkata, "I love my self" tapi faktanya mereka tak mau memperbaiki diri. Menganggap sifat buruk yang ada dalam diri adalah suatu hal yang harus dimaklumi, bahkan dicintai. Apakah itu bentuk cinta kepada diri sendiri? Mereka menganggap menerima diri apa adanya adalah bentuk cinta paling luar biasa kepada diri. Padahal jika benar kita cinta pada diri sendiri, maka seharusnya kita senantiasa memperbaiki diri, berupaya menjadi lebih baik, lagi dan lagi. Sifat buruk pasti selalu melekat pada manusia. Itu fitrah. Kita diciptakan sebagai makhluk yang mem

Terima Kasih atas Kisah dan Kasih

Foto pribadi penulis Oleh Edo Muhammad Abdillah TUHAN , sudah habis kata-kataku untuk meminta, kini aku hanya ingin berterima kasih saja. Terima kasih kepada Allah swt yang telah memberikan hidup, iman, rezeki dan perasaan yang cukup. Cukup untuk merasakan pusing akibat tugas kuliah, cukup untuk merasakan lelah akibat mencari nafkah, cukup untuk merasakan rasa syukur bahagia karena semua ini ada. Aku sedang berada di tengah keriangan pemuda lokal di perkotaan. Di sini, aku diingatkan kembali tentang bagaimana hidup seharusnya berjalan. Jadilah aku tuangkan semua kegelisahan ini pada tulisan. Tidak cukup memukau, tapi lumayan untuk sekedar pengganti telingamu yang penuh perbandingan. Terima kasih kepada kamu semua yang membaca tulisan ini atau tidak. Padamu juga yang selalu membentukku agar selalu merasa tidak puas dan cukup pantas, terima kasih telah mewarnaiku, temani hari dalam lika-liku. Terima kasih sudah menopang dan menempa aku hingga merasakan semua itu.  Terima kasih kepada kel

Perempuan, Tubuh, dan Stigma

  Foto : Pinterest  "Tidak perlu menjadi perempuan yang mampu mengatur lelaki. Cukup jadi perempuan yang tidak bisa didikte oleh lelaki."  -Jarar Siahaan- TULISAN ini lahir dari kegelisahan penulis sebagai perempuan yang kerap kali merasakan ataupun mendengarkan stigma-stigma yang beredar di masyarakat perihal keterkaitan antara tubuh dan perempuan. Banyak hal yang sebenarnya tidak pantas tetapi dianggap wajar oleh masyarakat. Seperti pada persoalan tubuh seorang perempuan. Perempuan dianggap gagal menjadi 'perempuan baik' jika ia kehilangan keperawanan. Seolah-olah harga diri perempuan hanya dinilai dari selangkangan. Sehingga robeknya selaput dara di luar pernikahan menjadi sesuatu yang nista. Pernyataan di atas bukan berarti saya membenarkan seks bebas. Tetapi bermaksud agar kita tidak mudah menghinakan seorang perempuan yang telah kehilangan 'mahkotanya'. Karena sehina apapun perempuan di matamu, ketika ia menjadi ibu, di telapak kakinya tetap ada surga.