Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

MENDEKAT PADA TUHAN

Kedekatan kepada Tuhan tidak ditentukan oleh ritual formal seperti sibuk membaca "Alhamdulillah" sebagai ekspresi rasa syukur atas fenomena alam. Karena kesibukan membaca dengan cara seperti itu tanpa menghayati makna malah bisa menjadi semakin jauh dengan Tuhan. Bukti kedekatan dengan Tuhan adalah implementasi tingkah laku dari ritual-ritual ibadah formal yang dilakukan. Maka, faktanya berbeda memang. Bangsa-bangsa yang sibuk mencatat, menghayati dan mempelajari fenomena alam seperti di Eropa dan negara-negara maju lebih dekat kepada inspirasi-inspirasi Al-Qur'an, walaupun sebenarnya mereka tak mengenal Al-Qur'an, ketimbang bangsa-bangsa yang disibukkan dengan ritual agama formal. Dalam kaitan ini, Muhammad Abduh, tokoh utama kaum modernis Mesir menyatakan,"Di Eropa aku melihat Islam tanpa muslim, di negeri kita, aku melihat muslim tanpa Islam". referensi : Buku "Tuhan Maha Asik" karya : Sujiwo Tejo & Dr. MN. Kamba

KASIHANI ORANG LAIN, BENTUK PEDULI ATAU SOMBONG ??

Ketika kita membantu orang lain dengan alasan 'kasihan', seharusnya kita bertanya pada diri kita benarkah kita merasa kasihan karena peduli. Benarkah kita peduli? Kata "Kasihan" muncul ketika kita merasa nasib kita lebih beruntung dari orang yang kita kasihani. Merasa bahwa mereka ada di bawah kita sehingga mereka pantas dikasihani dan dibantu. Merasa lebih baik dari sesama, bukankah itu wujud kesombongan? Ternyata kita tidak peduli pada nasib orang lain, tapi kita mengasihani mereka karena rasa sombong. Seharusnya ketika kita membantu orang lain, bukan karena kita merasa lebih beruntung dari mereka. Tetapi kita membantu orang lain karena sebuah kewajiban dan memang seharusnya seperti itu. Karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki kewajiban saling tolong menolong. Kewajiban dalam melaksanakan kebajikan inilah yang disebut darma. Darma harus ada pada diri kita sebagai manusia. Jika tidak, kesombongan akan terus mendominasi jiwa kit

ISLAM UNTUK NON-ISLAM ??

Ustad Wahyudi KS, M.Pd selaku Ketua Majlis Ta'lim dan Tadrib Pusat Suffah Hizbullah sekaligus salah satu dosen di STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor menjelaskan bagaimana memahami dan memahamkan orang lain tentang Islam secara rasional. Beliau menyampaikan bahwa untuk memberi pengertian kepada orang yang tak beriman kepada Allah memerlukan strategi khusus yang penting untuk diketahui. Pada dasarnya, cara mendakwahkan Islam kepada orang Islam dan orang non-Islam memiliki perbedaan yang drastis. Jika kepada sesama muslim, dengan membawa ayat Al-Qur'an saja mereka sudah mampu menerimanya karena kitab suci tak perlu diragukan kebenarannya. Tetapi untuk mendakwahkan Islam kepada orang non-Islam perlu strategi khusus yang wajib dikuasai. Maka yang lebih dulu "diserang" adalah akal pikiran mereka. Beliau memaparkan, agar pendapat kita tentang Islam mampu diterima oleh mereka,maka kita perlu benar-benar memahami tauhid dan menguasai keorisinilan Al-Qur'an. Selain itu kit

Pemimpin Dalam Kacamata Milenial

                               Ilustrasi Generasi Milenial. jonathanbecher.com GENERASI  yang tumbuh di era milenial merupakan generasi yang dijejalkan teknologi dan kebutuhan hidup yang serba mudah. Tetapi semua itu tidak cukup untuk mensejahterakan masyarakat zaman now, mengapa?? Karena persaingan di dunia kerja pun semakin ketat. Banyaknya posisi pekerja yang digantikan oleh mesin-mesin canggih membuat angka pengangguran kian meningkat. Hal ini membuat para generasi milenial berpikir keras untuk mencari cara ampuh agar tetap hidup di kerasnya dunia modern. Pada era milenial seperi ini, bisnis online dapat menjadi solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran. Akan tetapi ini belum menjadi solusi yang menjanjikan, sebab Indonesia masih memiliki banyak daerah yang tidak dapat dijangkau oleh sinyal, sedangkan syarat mutlak dari bisnis online adalah adanya jaringan sinyal sebagai koneksi. Sehingga dapat dipastikan bisnis online belum menjadi jawaban yang tepat untuk mengentaska

SEDEKAH NGIDER MENGAJI

Assalamualaikum wr.wb Sabtu, 23 Februari 2019 lalu, saya mengikuti kegiatan Sedekah Ngider Mengaji yang diselenggarakan oleh organisasi Yayasan Sedekah Ngider Indonesia dengan tema "Santai Belum Lengkap Tanpa Mengaji". Alhamdulillah saya adalah salah satu anggota dari organisasi tersebut. Kegiatan ini diadakan di sebuah cafe bernama Wiken Cafe yang berlokasi di Ciracas,Jakarta Timur. Oleh karena itu, hari ini saya ingin sedikit berbagi ilmu dari apa yang telah saya dapat dari kegiatan tersebut, sebab Islam memerintahkan untuk menyampaikan suatu ilmu meski hanya satu ayat. Sebenarnya ada banyak point penting yang disampaikan oleh Ustad Daniel Barkah, S.Sy selaku salah satu penceramah di kegiatan Sedekah Ngider Mengaji ini, tetapi saya hanya mengutip beberapa, sebab jika tulisan saya terlalu panjang, anda juga pasti akan malas membacanya kan?? Hehehe 😄 Point pertama adalah tentang kegelisahan, atau bahasa gaulnya adalah kegalauan. Kita sebagai manusia