Langsung ke konten utama

VALENTINE ?? HARUSKAH ??


https://goo.gl/images/urMRLR

Berbicara tentang valentine, berarti kita berbicara tentang kasih sayang. Eittsss, benarkah kasih sayang? Benarkah hari Valentine adalah hari untuk menunjukkan rasa cinta? atau malah hari untuk memuaskan syahwat ?? Cinta itu suci, maka jangan menodainya dengan nafsu.

Saya kurang setuju dengan perayaan seperti ini. Tapi saya juga tidak memaksa anda untuk tidak setuju juga. Ini hak setiap pribadi. Tetapi bagi pribadi-pribadi yang merasa muslim, tentu tahu perayaan seperti ini tidak ada dalam Islam.

Mengapa tidak ada? Ya karena Islam selalu mengajarkan untuk saling menyayangi setiap hari, bukan hanya pada hari-hari tertentu. Apalagi jika perayaan ini dijadikan pesta perkumpulan dosa dengan wine dan freesex. Namun kemudian mereka mengatasnamakan hari kasih sayang. Yang seperti ini dimana letak kasih sayangnya? Secara akal sehat, ini jauh dari kata logis.

Jika bukti kasih sayang hanya sekedar tukar kado dan coklat, berarti nilai cinta di mata manusia tidak ada harganya. Bagaimana bisa, cinta yang sakral dihargai dengan coklat dan kado saja. Sedangkan Tuhan membuktikan cinta-Nya kepada hamba-Nya adalah dengan pemberian yang tak memiliki batas.

Sampai di sini paham kan kenapa Islam melarangnya??
Hakikat manusia adalah dipimpin. Maka ikuti aturan-aturan pemimpinmu dan pemimpin yang mutlak adalah Tuhan Yang Maha Esa.


Say "NO" to Valentine day
I'm Moslem and I Proud it 😊😊😊



Surakarta, 11 Februari 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenun Kwatek, Karya Tangan Perempuan Adonara

   Kwatek Adonara saat dikenakan Penulis SUDAH tidak asing lagi jika kita mengetahui bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki kain tradisional. Begitu pula di Pulau Adonara. Pulau ini menjadi salah satu daerah yang memiliki kain tenun sebagai kain tradisionalnya. Pulau Adonara sendiri terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Bagi masyarakat Adonara, tenun ini dipakai dalam berbagai acara seperti upacara adat, pernikahan, pemakaman, dan hari-hari besar lainnya, baik hari besar nasional ataupun hari besar agama. Selain itu, kain tenun ini juga dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Adonara dan dijadikan cendramata bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.  Tenun Adonara memiliki tiga motif, pertama motif dengan warna-warni bergaris lurus lebar merupakan kain Kewatek (berbentuk seperti sarung), yang kedua motif dengan warna yang monoton serta bergaris lurus kecil-kecil adalah Nowing (berbentuk seperti sarung) dan yang ketiga motif berwarna dan bergaris lurus a...

Adonara, Tanah Lebih Mahal Daripada Darah

Anak pulau mendengar kabar Ada mayat mati terkapar Adonara, Tanah Tumpah Darah Darah Tumpah Karena Tanah KEMARIN , berita muncul di linimasa, enam nyawa hilang di ujung tombak. Darah kembali tumpah, lagi dan lagi karena masalah yang itu-itu saja. Bukan hal baru di telinga kita, bahwa persoalan hak tanah berujung pertikaian. Korban berjatuhan, anak jadi yatim, ibu jadi janda. Seorang misionaris asal Belanda, Ernst Vatter dalam bukunya "Ata Kiwan" yang terbit pada 1932 melukiskan Adonara adalah Pulau Pembunuh (Killer Island). Dalam bukunya itu, Vatter menulis "Di Hindia Belanda bagian timur tidak ada satu tempat lain di mana terjadi begitu banyak pembunuhan seperti di Adonara. Hampir semua pembunuhan dan kekerasan, penyerangan dan kejahatan-kejahatan kasar lain, yang disampaikan ke Larantuka untuk diadili, dilakukan oleh orang-orang Adonara." BACA JUGA: Masa Depan Anak Pesisir Adonara Hmm... dari pernyataan tersebut, tidak dapat dipungkiri ba...

Yang Berharga, Hiduplah Lebih Lama

Satu hal yang pasti bahwa mereka tidak lagi muda. Sebagian besar warna rambutnya sudah tak hitam, kerutan di tangan dan wajahnya kian tampak, beberapa gigi pun telah tanggal. Sudah lebih dari separuh abad, hidupnya di muka bumi. Kenyataan ini membuatku terisak, meski tanpa suara.  Aku berada jauh. Menyeberangi lautan dan udara. Baktiku tentu hanya setitik dibandingkan embusan perjuangan dan kasihnya. Fakta ini, membuat genangan di mataku sering tumpah, meski lagi-lagi tanpa suara. Perempuan itu begitu lembut tapi juga tegas. Aku dan dirinya sering kali beradu. Maklum, egoku yang teramat kental susah sekali dicairkan. Tapi doa-doanya adalah payung atas segala badai. Hidupku adalah berkat dari sujud panjangnya dan rapalan kalimat yang ia tuangkan merayu Sang Tuhan.  Sementara itu, seorang pria gagah dengan tangan lebar dan sedikit kasar. Telapak kakinya pun demikian. Tapi dari tangan dan kaki itulah aku tumbuh dan berdikari; menjadi kaktus di tengah gersang, menjadi api di tenga...