ilustrasi gambar: google Oleh Lamasta BEGITU pun bahagia. Dengan rasa yang tak sempat kasat mata pada tatap-tatapku, rasa yang terus melumpur tak akan berhenti memilih mati. Dengan bentuk yang tak bertulang pada sisi hatimu selalu kucandukan di setiap sempatku. Dengan santun kau datang dan menyuruhku pergi dari rasa yang tak pernah kupintakan. Lalu apa bedanya rasa cintaku pada setiap orang yang juga mencintaimu? Dengan rasa gelisah, jiwa berantakan, dan fikiran tak merata menuju pada haluan puncak resah-resah kecewa, sebab di atas kasur dengan waktu yang sungguh terlampau larut mataku masih saja memilih betah tinggal di layar android. Sejak saat itu cantikmu sudah tak pernah aku ragukan sebab rasa ini terlalu hidup di tiap proses ucapku, dan sampai titik ini apa salahku terhadap rasaku? Apa Tuhan masih salah mengatur rasa yang sungguh perasa di tiap-tiap hati manusia? 'Jika iya aku dan segenap rasa kuatasnamakan dan mengadu pada Tuhan' BACA JUGA: Setiap Tahun Memiliki Por
Menulis adalah upaya mengawetkan usia. Sebab ketika kau menulis, nyawamu berlipatganda. (_inaguhir_)