Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

P U L A N G

loc : Pantai Watotena, Adonara Ambisi rindu menjadi palang dari jauh jarak terhampar Terbayang pintu rumah dan senyum mama Kamar tidur yang sepi menyambut penghuninya Dari balik jendela, awan putih menari riang bersama angin Udara, laut, darat... Jalan yang dilalui Ada lelah yang perlu dibayar Penat yang hampir membunuh Sembuh di kampung halaman Betapa tanah rantau terlalu jahat Bulan ke bulan, tidak sebentar Peluh sisa kemarin masih ada Dari kening menetes turun di hati Langkah-langkah yang pernah mati di kota Bergerak tersenyum menuju pulau air ketuban Hawa mulai berubah Bunyi deru mesin pabrik sudah jauh Aku disambut camar laut yang bermain bersama ikan Di bibir dermaga, raut wajah bahagia telah tampak Aku pulang !! _InaGuhir_ Surakarta, 19 April 2019

HIDUP BELUM ASIK KALAU BELUM ADA YANG SIRIK

Hal yang paling menarik dalam hidupmu adalah ketika kau menemui orang-orang yang sirik. Mereka yang hanya mampu menjatuhkanmu adalah mereka yang tidak mampu menjadi seperti dirimu. Mereka sengaja menarik dirimu agar kamu menjadi setara dengan mereka. Menjadi sama-sama hina. Orang-orang seperti itu akan selalu kita temui dalam kehidupan kita. Sebagaimana pun baiknya kita, tetap akan ada orang yang tak suka. Jadi tidak usah mengikuti selera "baik" menurut mereka. Nah toh mereka hanya mau kita menjadi kalah. Sama seperti mereka. Kita harus selalu melangkah tanpa peduli berbagai jenis hinaan dan cacian. Selama apa yang kita jalani itu bermanfaat dan tidak melanggar aturan Tuhan, teruslah melangkah. Kau tahu?? Orang-orang hebat seperti Soekarno, Soeharto, Iwan Fals, Thomas Alfa Edison, Albert Einstein, Jack Ma bahkan Nabi-nabi kita adalah orang-orang hebat yang dibesarkan oleh hinaan, cacian, aneka benturan bahkan cobaan pembunuhan. Yang membuat mereka hebat adalah

CINTA ITU BUTA

Aku percaya cinta itu buta. Karena bagiku cinta adalah objek yang hanya mampu dirasa, bukan dilihat. Ibarat udara, kita tak bisa melihatnya, tapi kehadirannya kita rasakan. Bahkan sampai hari ini aku mencintai Tuhanku tanpa perlu melihat wujudNya. Aku percaya cinta itu buta. Bagaimana tidak? sedangkan ibuku telah mencintaiku sebelum ia melihatku. Sebelum aku dilahirkan, bahkan ketika aku masih menjadi janin. Jadi menurutku wajar jika seseorang yang sedang jatuh cinta menjadi terobsesi untuk melakukan segala hal untuk yang dicintainya. Bahkan tidak heran sampai ada yang mengorbankan nyawanya hanya untuk seseorang yang dicintai. Para nabi pun mengorbankan jiwa raga atas dasar cinta kepada Tuhan. Tetapi disini kualitas cinta kita dan cinta para nabi amat berbeda. Mencintailah dengan kualitas yang tinggi. Mencintai Sang Pencipta dengan tangguh dan sungguh dan mencintai ciptaanNya sesuai kadar normal, tidak keterlaluan. Memulai untuk mencintai itu mudah, tetapi mem