Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Sebilah Kata untuk Pemuda

Di zaman yang sudah purba Pancasila tak lagi bersahabat dengan pemuda Sumpah pemuda tinggal cerita sejarah di bangku sekolah Di mana sepuluh pemuda yang katanya mampu guncangkan dunia? Air mata pertiwi menetes.... Di samping-samping jalan pemuda berteman botol kaca Mengayun sloki-sloki perlahan masuk di kerongkongan Wanita-wanita muda mendadak binal dikejar zaman Habisi malam di atas ranjang Menciptakan desah-desah menjijikan Persetan dengan pahlawan Zaman ini sudah zaman setan Mana manusia, mana binatang jalang Teramat sulit dibedakan Kebangsatan adalah kebanggaan Mata-mata tak lagi menatap kenistaan sebagai dosa Pemuda sudah ditikam oleh ambisinya sendiri Pemuda mati dalam egonya sendiri Dan dalam kegelapan mereka mencari cahaya semu yang mereka ciptakan dari ilusi mereka sendiri (Ar-ina Guhir) Bogor, 28 Okt 18

Hari Menuju Kematian

Ajal itu datang tanpa permisi Merenggut nyawa tanpa negoisasi Meski sanak saudara merasa berat hati Malaikat izrail melangkah dengan pasti Merelakan orang-orang terkasih Yang tiba-tiba pergi tanpa belas kasih Meninggalkan duka yang diam-diam membekas luka Menangisi jasad yang terbujur kaku tak berkata Takdir sungguh luar biasa Mengubah suasana secara mendadak tanpa rasa-rasa Tetapi mati ialah pasangan dari hidup Maka ketika sepasang mata perlahan tertutup Doa adalah hadiah terbaik Bagi mereka yang telah pergi agar tetap baik-baik Meski segala cerita hanya tinggal cerita Namun wajah dan nama adalah ingatan yang tak kan buta Dunia ini begitu fana Terlalu rugi bagi mereka yang hanya menumpuk harta dimana-mana Sedang ibadah pada tuhan Hanya ada dalam bayang-bayang khayalan Maka untuk maut yang datang tanpa suara Biarkan hidup ku berakhir saat aku dengan Rabb bercumbu mesra Amin ya Rabbal alamin .... !! (Ar-ina Guhir)