Foto pribadi penulis |
TUHAN, sudah habis kata-kataku untuk meminta, kini aku hanya ingin berterima kasih saja.
Terima kasih kepada Allah swt yang telah memberikan hidup, iman, rezeki dan perasaan yang cukup. Cukup untuk merasakan pusing akibat tugas kuliah, cukup untuk merasakan lelah akibat mencari nafkah, cukup untuk merasakan rasa syukur bahagia karena semua ini ada.
Aku sedang berada di tengah keriangan pemuda lokal di perkotaan. Di sini, aku diingatkan kembali tentang bagaimana hidup seharusnya berjalan. Jadilah aku tuangkan semua kegelisahan ini pada tulisan. Tidak cukup memukau, tapi lumayan untuk sekedar pengganti telingamu yang penuh perbandingan.
Terima kasih kepada kamu semua yang membaca tulisan ini atau tidak. Padamu juga yang selalu membentukku agar selalu merasa tidak puas dan cukup pantas, terima kasih telah mewarnaiku, temani hari dalam lika-liku. Terima kasih sudah menopang dan menempa aku hingga merasakan semua itu.
Terima kasih kepada keluarga dan sahabat. Sehingga membuatku merasa lemah, tak berguna hingga merasa tak hebat.
Ah sudahlah, pada dasarnya kita hanya ingin didengarkan, bukan?
BACA JUGA: Insecure di Usia 20++
Terima kasih kepada bumi yang selalu berotasi juga matahari yang tak enggan membakar tapi menyinari. Juga kepada atmosfer yang menyediakan udara agar aku bisa terus bernafas dan terus menua. Akibatnya raga ini mendekat pada Penguasa lewat kematian yang sangat mengerikan. Jujur jangan dulu selesai wahai kehidupan, aku belum siap.
Maka nikmatilah sebuah cakupan era dalam zaman huru-hara di mana takdir sepertinya menjadikan hidup ini menjadi episode krusial pada sebuah mitologi nyata. Semoga kita dikuatkan agar kaki terus dilangkahkan, terutama pada alibi patah arah yang berkata "Apa guna alas kaki jika bukan kamu alasanku melangkah lagi". Sungguh kenaifan yang menggelikan.
Apa yang kita masukan ke dalam tubuh kita akan berdampak di kemudian hari.
Semua pelik masuk bersamaan hingga menimbulkan kebisingan.
Tidak ada masa damai, yang ada hanyalah masa istirahat di antara dua perang.
Kurasa, kita tidak pernah benar-benar bisa istirahat di dunia ini. Sebab waktu tak pernah sudi berhenti dan kesempatan tidak pernah mau menunggu.
Sebenarnya tulisan ini belum selesai, oleh karena itu cukup sampai di sini dulu, aku belum selesai berterima kasih.**
Semngatt hiduppp✨
BalasHapusSemangat 🙏😇
Hapus